Hembusan transformasi budaya
Dan deras ombak globalisasi
Menghantam nurani paling dalam
Mendobrak satu birokrasi
Kebodohan kemiskinan
Kami kekuatan
Kekuatan masa mendatang
Format masa depan
Filter globalisasi
Alih teknologi
Kami orang muda
Yang kaya akan obsesi
Mobilitas tinggi
Haus reformasi
Hakiki
Bagi Masyarakat umum pastinya tau Dewa 19, terlebih lagi bagi para baladewa (fans grup band Dewa 19) yang memang mengikuti perkembangan Dewa 19 dari masa ke masa. Karya-karya lagu Dewa 19 terasa beda, seperti punya ruh di dalam lagu-lagunya. Tidak hanya sebatas langgam yang easy listening, tapi lirik-liriknya yang syarat akan falsafah cinta, falsafah persahabatan seperti dalam lagu “Mahameru”, hingga falsafah sosial seperti dalam lagu “Format Masa Depan” pada awal artikel ini.
Di era 80an, Ahmad Dhani sebagai pentolan Dewa 19 berhasil merangkul timnya menjadi super tim yang solid. Dengan super tim yang solid itulah yang menjadi buah kesuksesan Dewa 19. Bukan Ahmad Dhani sendiri seperti superman. Pada usia belasan tahun yang bisa dibilang sangat muda belia, Dhani bersama-sama dengan timnya membuat lirik lagu dan musik yang idealis yang ditujukan untuk menghibur Masyarakat. Idealisme saat itu memiliki bobot proporsi yang lebih besar dibandingkan bisnis sehingga menghasilkan karya-karya yang everlasting dari masa ke masa hingga saat ini.
Lalu apa yang bisa kita ambil Pelajaran dari Analogi Dewa 19 terhadap HIPMI ataupun organisasi masyarakat lainnya?
Kalau ibarat program pada organisasi masyarakat, Dewa 19 banyak menciptakan program “lagu” yang bisa membuat senang (entertaining) orang banyak. Dari hasil berhasil membuat senang orang banyak tersebut, sehingga orang rela berbondong-bondong hadir pada tiap konser Dewa 19, satu per satu sponsor datang untuk mendanai program konser Dewa 19 tersebut dengan harapan para sponsor tersebut juga mendapatkan awareness akan brand produk mereka oleh orang-orang yang hadir di konser. Ternyata dengan membuat senang banyak orang tersebut, membawa berkah untuk Dhani dan teman-temannya. Dewa 19 yang berada di bawah naungan wadah Republik Cinta Manajemen selalu mendapatkan surplus pendanaan yang diperoleh dari sponsor di tiap konser Dewa 19 alias cuan/profit.
Saat ini banyak sekali orang-orang yang mengcover lagu Dewa 19, kita bisa lihat di berbagai platform media sosial seperti youtube, spotify, tiktok, Instagram, fb, dll. Hal ini lah yang terjadi pada banyak organisasi Masyarakat saat ini. Dimana mereka yang bingung untuk membuat konsep, tidak tau kemana arah, akhirnya hanya bersifat meneruskan informasi saja. Mencover lagu ibarat mengcover informasi dari dinas-dinas Pemerintahan/kementerian/Lembaga negara, cuma menyampaikan informasi dalam packaging yang berbeda. Padahal lagu-lagu dari pihak pemerintah tersebut biasanya terkesan kurang aplikatif karena memang bukan praktisi sehingga kurang terarah pada target market sesungguhnya. Ditambah lagi dengan pola politik hari ini, dimana dana publik tersebut lebih diarahkan hanya pada konstituen politik dibandingkan untuk Masyarakat yang sebenarnya membutuhkan.
HIPMI maupun organisasi Masyarakat secara umum, diharapkan memiliki lagu atau konsep yang original sendiri yang bisa membuat senang orang banyak. Dibandingkan hanya mengcover ulang program pemerintah yang kadang yang membuat program itu pun tidak tau medan di lapangan, hanya sekedar menuntaskan pekerjaan semata. Asal anggaran terserap dan konstituen senang. Kalau seperti ini, yakin tidak akan sustainable bagi organisasi itu sendiri. Karena hanya bergantung pada pihak luar. Bukan dari dalam organisasi itu sendiri. Dikarenakan mengandalkan program dari luar dengan berharap bisa kecipratan di dalam dan nyatanya enggak juga kecipratan tersebut akhirnya anggota-anggota organisasi lama kelamaan lemas di tengah jalan karena makan tabungan dan mereka sendiri terkadang masih banyak yang belum selesai dengan dirinya. Hal ini seperti analogi Ahmad Dhani yang bisa mengcover lagu kebangsaan di awal-awal Dewa di dirikan dan berharap pemerintah mengajak serta Dewa untuk tiap acara kebangsaan yang acaranya itu jarang dan bisa juga bukan Dewa yang diminta mengisi tapi Band lainnya. Tentunya hal ini tidak akan membuat Dewa 19 sustainable dan Dewa 19 bukan sebagai alat teknis pemerintah.
Cuanisasi dari Mengiring Pembangunan Daerah
Adanya organisasi Masyarakat sejatinya adalah perpanjangan tangan pemerintah atas eksekusi pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa lagi dilakukan oleh pemerintah dikarenakan keterbatasan SDM, ruang gerak, dana, dan lain sebagainya. Organisasi sebesar HIPMI sejatinya dibentuk untuk membantu pembangunan daerah di bidang entrepreneurship yang tidak bisa disentuh oleh Pemerintah. Isunya adalah bagaimana sektor entrepreneurship bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang tumbuh radikal dari peran aktif pihak swasta.
HIPMI maupun organisasi pengusaha lainnya itu diharapkan memiliki inovasi program kerja yang mendorong adanya pertumbuhan PDRB (product domestic regional bruto) yang radikal bukan sekedar menunggu input dana dari program pemerintah yang bersumber dari APBD/APBN. HIPMI juga bukanlah buzzer pemerintah yang kerjanya hanya mendengungkan Kembali program kementerian pada seminar-seminar coffee morning, yang Ketika kita hadiri acara itu lalu keluar dalam benak pikiran kita, “so what dengan program mereka buat kita?” karena kita sudah punya fokus bisnis masing-masing yang seringnya tidak related dengan bisnis kita yang hanya akan membuat noised dari aktivitas kita.
Lalu bagaimana seharusnya?
Seperti analogi Dewa 19 yang membuat lagi original sendiri tadi, HIPMI seharusnya membuat sendiri program original yang bisa memberdayakan Masyarakat. Dan kelasnya HIPMI bukan lagi bermain orkestra di tingkat mikro personal/individu. HIPMI diharapkan bisa menjadi dirigen untuk organisasi lainnya. Dan HIPMI melangkah lebih strategis dibandingkan teknis. Teknis bisa di subkon ke mahasiswa ataupun sukarelawan umum. Dan dana untuk biaya jalan subkon ini ada kok, dari sponsor. Tinggal bagaimana kita membuat program yang manis agar semut-semut sponsor tersebut berbondong-bondong datang membeli program kita dan kasih dana tidak sedikit dan surplus untuk membiayai program tersebut.
Contoh : Gagasan Program Peningkatan PDRB Kab. Bekasi yang radikal double digit di bidang Peternakan dalam rangka penguatan Ketahanan Pangan (food security) dengan memberdayakan Pesantren, Food processing/Poultry Industri, Bulog, BUMD Dharmajaya, FAO, google.org dan Dinas Pertanian Kab. Bekasi dan kolaborasi program OPOP Jawa Barat
Dalam rangka sustainability organisasi diperlukan program kerja yang didukung dengan pendanaan yang “hidup” seperti air yang selalu mengalir. Masalah pendanaan ini lah yang menjadi bottle neck dalam banyak organisasi. Mereka bingung mencari sumber dana. Padahal tidak juga demikian. Khususnya bagi organisasi yang sudah punya nama besar seperti HIPMI misalnya. Untuk mendapatkan kepercayaan dari Lembaga-lembaga donor seharusnya tidak sulit. Tinggal bagaimana kita mengemas program kerja tersebut supaya lebih bermanfaat bagi banyak orang yang berkahnya akan Kembali kepada kita.
Judul pemberdayaan pesantren ini hanya merupakan contoh dari banyak kasus yang perlu dikembangkan di sekitra wilayah Kab. Bekasi. Konsepnya seperti ini. HIPMI kab. Bekasi bisa menyumbangkan putaran ekonomi hingga triliunan rupiah selama periode satu tahun perhitungan PDB regional kab. Bekasi. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan memberdayakan pesantren-pesantren yang ada di wilayah Kab. Bekasi. Kebutuhan pendanaan bisa diajukan kepada sponsor yang terkait dengan bidang pertanian. Misalkan industry pemrosesan makanan yang membutuhkan suplai bahan baku unggas, telur, daging, dsb. Selain itu dari pemerintah yang memiliki anggaran untuk diserap ke dalam perekonomian supaya ekonomi berputar melalui dinas di tingkat kabupaten dan provinsi, hingga tingkat nasional. Tidak terbatas pada Lembaga di dalam negeri, kalau bisa kita Tarik juga Lembaga internasional untuk membantu pendanaan program ini seperti FAO atau google.org.
Singkat cerita, HIPMI meyakinkan stakeholders yang terkait program ini seperti Food processing/Poultry Industri, FAO, google.org dan Dinas Pertanian Kab. Bekasi dan kolaborasi program OPOP Jawa Barat untuk melakukan putaran pendanaan seri A. kita asumsikan target pengumpulan dana seri A adalah sebesar 5 miliar rupiah. Hasil pendanaan tersebut selanjutnya akan dibuat modal yang dilaksanakan oleh KOPMI sebagai sayap bisnis HIPMI untuk pengadaan kandang, bibit, pakan, dan vaksin. Nah, dalam pengadaan ini, KOPMI bisa memberdayakan anggota HIPMI yang terkait dengan bidang masing-masing. Misalkan membutuhkan kontraktor kandang, maka anggota yang bisa mengadakan dikasih proyek. Membutuhkan bak fiber untuk tempat penampungan ikan, maka anggota yang terkait dengan ini dikasih proyek untuk buat bak fiber. Membutuhkan wadah bungkus, plastic, dll, maka suplainya juga dari anggota HIPMI yang terkait. Jadi ada semacam trickle down ecomony dari HIPMI melalui KOPMI kepada anggota-anggota HIPMI.
Selanjutnya pesantren dilibatkan sebagai Lembaga yang mengurusi urusan teknis budidaya dengan memberdayakan santri atau masyarakat sekitarnya. Setelah panen, pesantren menjual Kembali hasil panennya kepada KOPMI. KOPMI melalui HIPMI melakukan kontrak payung dengan Bulog atau Dharma jaya atau Korporasi Besar Swasta mengenai kewajiban membeli hasil panen plasma KOPMI sebagai bentuk kepastian penyerapan pasar. Disini HIPMI melalui KOPMI menjadi pipa penghubung semua stakeholders yang tentunya setiap komiditi tersebut melalui pipa ini, akan ada cuan yang diperoleh untuk KOPMI dalam rangka sustainability dari program kerja HIPMI tersebut untuk dapat terus beroperasi dan semakin berkembang dengan menambah jumlah plasma pesantren baru. Cuan dari KOPMI tersebutlah yang nantinya menjadi SHU / Deviden untuk HIPMI yang digunakan untuk membiayai operasional organisasi.
Jika memang berjalan sesuai dengan rencana, program HIPMI dalam rangka ketahanan pangan tersebut, bisa menyumbangkan Omzet perekonomian dari yang tadinya tidak ada alias nol, menjadi putaran ekonomi triliunan rupiah setiap perhitungan satu periode PDRB. Dengan adanya PDRB yang meningkat tersebut, pastilah input dana bantuan pemerintah dari APBD Kab. Bekasi atau Provinsi Jabar, bisa meningkat berkali-kali lipat yang didapatkan dalam bentuk PAD melalui pajak KOPMI maupun Perusahaan/industry yang terkait di dalamnya. Sederhananya dari input dana 1 miliar yang diberikan melalui hibah APBD, akan menghasilkan PAD 2 miliar (return 100%) melalui pajak KOPMI dan Industri terkait dalam program ini. Dan yang paling penting adalah bisa memberdayakan santri dan masyarakat banyak yang jumlahnya mungkin bisa ribuan, itu akan menjadi suatu legacy yang gila banget kerennya untuk HIPMI Kab. Bekasi. Dari sini masyarakat bisa menilai kerja HIPMI untuk masyarakat dan juga untuk anggotanya benar-benar riil dirasakan. Ini adalah bentuk realisasi dari kekuatan konsolidasi pengusaha muda Kabupaten Bekasi jika bersatu bersama-sama untuk berkontribusi kepada masyarakat dan pembangunan ekonomi daerah. Dan bisa menjadi contoh untuk HIPMI di daerah lainnya.
Kolektif kolegial
Konsep gagasan tersebut merupakan konsep yang perlu dilakukan secara kolektif kolegial. Yang harus dilaksanakan bersama seluruh anggota HIPMI. Bukan menjadi beban tanggung jawab ketum atau apalagi orang yang kasih ide semata yang nggak punya power.
Dan yang perlu di catat juga, untuk bisa berjalan dengan baik, maka diperlukan konsep rencana yang matang. Namanya organisasi dengan banyak kepala dan demokratis, tangkap saja masukan-masukan dari teman-teman terlebih dahulu, dan jangan dipatahkan. Apalagi di bilang “lo kebanyakan konsep dan omong doang”. Tinggal bagaimana sebagai manajemen puncak organisasi bisa memilih, membuat skala prioritas program kerja yang dijalankan dari hasil masukan-masukan anggota. Hasil ketuk palu keputusan prioritas program tersebut selanjutnya ditetapkan dan kemudian dijalankan bersama dalam satu kemudi Ketum. Dari sini akan ada yang namanya visi dan kejelasan arah, serta hope akan kerja besar dan hasil besar yang tidak sia-sia, mendapatkan proyek dan cuan (kalau Bahasa anak HIPMI), sehingga anggota akan semangat.
Judul lagi berikutnya?
Contoh pemberdayaan pesantren tadi hanya sekedar salah satu contoh saja. Masih banyak kasus perekonomian di sekitar Kab. Bekasi yang masih bisa di improve. Masih banyak sumber daya di sekitar Kab. Bekasi yang tidak terutilisasi dengan maksimal. Mungkin kira-kira ada objek sasaran judul lagu lainnya yang terpikir oleh penulis sbb:
- Pemberdayaan pensiunan
- Pemberdayaan perempuan
- Pemberdayaan ormas-ormas
Nah, dalam hal apa yang bisa diolah pemberdayaannya. Mungkin teman-teman yang lain bisa kasih ide.