Cairan kimia ada banyak sekali jenisnya. Untuk kapasitas besar skala industry membutuhkan wadah yang sangat besar hingga mencapai jumlah tonase yang fantastis. Selain dibutuhkan ketahanan akan struktur support dari wadah tersebut juga dibutuhkan kekuatan permukaan dalam menghadapi kerasnya cairan kimia tersebut. Dengan sifat cairan kimia baik itu asam maupun basa masing-masing memiliki kebutuhan spesifikasi ketahanan fiberglass tersendiri sebagai anti dari sifatnya tersebut.
Pada suatu kasus, salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan besi hitam menjadi galvanize atau yang dikenal dengan sebutan proses peng-galvanisan, membutuhkan pelapisan fiberglass pada bak betonnya yang difungsikan untuk menampung cairan kimia HCL. Hal yang perlu diinformasikan kepada perusahaan fiberglass yang menyediakan jasa lining fiberglass adalah mengenai prosentase kandungan HCL dan derajat panas cairan tersebut. Atas dasar informasi tersebut maka akan dilakukan identifikasi mengenai spesifikasi resin apa yang cocok untuk menjadi anti kimia dari sifat HCL tersebut dengan budget yang se-efisien mungkin.
Pada kasus kandungan HCL di bawah 10%, penggunaan resin bisphenol masih dapat digunakan. Sedangkan untuk kasus kandungan HCL yang lebih dari itu maka jenis resin bisphenol sudah tidak laik untuk digunakan. Jenis resin yang cocok sudah naik kelas vinylester. Dan dapat dibayangkan biaya yang dibutuhkan antara menggunakan resin bisphenol dengan resin vinylester itu sangat jauh berbeda. Hal ini akan sangat menjadi perhatian khususnya mengenai RAB dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Kebanyakan user dari perusahaan tersebut tidak mengetahui lebih dalam mengenai spesifikasi yang dibutuhkan untuk menahan kerasnya cairan HCL tersebut. Pastinya user perusahaan hanya melihat dari segi aspek biaya dan juga penjelasan mengenai teknis pengerjaan. Dan tidak sedikit kasus yang ternyata banyak penyolongan spek di lapangan. Hal ini dikarenakan kesalahan identifikasi kebutuhan klien di awal atau untuk mengejar tembusnya keberhasilan negosiasi proyek semata. Padahal hal ini adalah critical point yang sangat penting baik bagi user maupun pihak penyedia jasa lining.
Lifetime lining fiberglass pada bak HCL
Umur ekonomis sebuah barang jika dikaji berdasarkan kekuatan dari material pembuatnya untuk kasus lining bak HCL adalah kurang lebih 5 tahun. Tetapi hal ini akan tergantung dari bagaimana pemakaian bak ini. Pada kasus industry galvanize ini penggunaan bak HCL ini dapat dikatakan cukup “Lelah”. Dengan proses penggalvanisan yang mencelupkan besi ke dalam bak fiber HCL ini ada kalanya mentok atau terkena benturan mekanis sehingga menyebabkan kerusakan pada lapisan fiberglass. Adu mekanis antara lapisan fiberglass dengan besi tersebut yang membuat bak fiberglass tersebut menjadi bocor. Dan sebagaimana sifat fiberglass, bocor selubang jarum saja akan mengakibatkan bocoran air yang keluar pada titik lainnya. Sehingga sulit sekali untuk menidentifikasi sumber bocor dan harus dilakukan lining secara menyeluruh.
Sebagaimana aspek pengerjaan konstruksi jasa lining ataupun jasa konstruksi lainnya biasanya menggunakan metode retensi selama 100 hari lamanya untuk memastikan bahwa secara spesifikasi adonan dari pelapisan fiberglass tersebut sudah sesuai dan dapat digunakan untuk kebutuhan wadah HCL. Dikarenakan aplikator bukanlah pembuat material maka ketahanan material dikembalikan dengan spesifikasi material data sheet dari principal. Oleh sebab itu sebelum melakukan pekerjaan perlu disepakati terlebih dahulu penggunaan material resin apa dan berapa biayanya, dan hal tersebut perlu diketahui oleh user secara menyeluruh hingga tidak terjadi kesalahpahaman dikemudian hari.
Demikian pengalaman kami mengenai pelaksanaan jasa lining fiberglass khususnya di industry galvanize yang digunakan sebagai wadah kmia HCL. Jika perusahaan Anda bergerak di bidang yang sama dan memiliki kasus yang sama, silakan sharing mengenai kasus Anda kepada kami. Tim kami akan mencoba sebaik mungkin membantu Anda sesuai dengan bidang pengalaman kami.